Di bawah ini adalah Komentar atas Sebuah artikel terkait dengan masalah
Kurikulum Pendidikan di Indonesia terkhusus pada salah satu komponennya yaitu
Evaluasi Kurikulum.
Sebuah Artikel oleh:
Penulis
: Indra Akuntono
Time of post
: Selasa, 28 Agustus 2012 | 10:01 WIB (KOMPAS.com)
Dikomentari oleh :
Nama : Evi Nurfaizah
NIM : 1410150093
Kelas / Semester : Matematika-C / V (Lima)
Jurusan / Fakultas : Tadris Matematika / Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Selesai, Evaluasi Kurikulum Pendidikan Nasional
JAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Chairil Anwar Notodiputro
mengatakan, evaluasi terhadap kurikulum pendidikan nasional hampir
selesai dilakukan. Saat ini, evaluasi itu melahirkan draf naskah
kerangka dasar kurikulum pendidikan nasional.
"Evaluasi sudah kami lakukan. sekarang kita sudah punya draf untuk
naskah kerangka dasar dari kurikulum itu," kata Chairil, kepada
Kompas.com, Selasa (28/8/2012), di Jakarta.
Ia menjelaskan, draf naskah kerangka dasar kurikulum itu
menitikberatkan pada empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia,
Pendidikan Pancasila, Matematika dan Pendidikan Agama. Alasan
memilih empat mata pelajaran itu adalah karena tim evaluasi
Kemdikbud menilai, empat mata pelajaran tersebut mampu menjadi
perekat bangsa.
"Alasannya karena empat pelajaran itu kami nilai universal dan bisa
menjadi perekat bangsa," ujarnya.
Evaluasi terhadap kurikulum pendidikan
nasional dilakukan Kemdikbud karena kuatnya desakan dari sejumlah
pihak. Secara umum, kurikulum pendidikan nasional yang berlaku saat
ini dinilai kurang memberikan efek besar bagi peserta didik.
Khususnya, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama,
dan Pendidikan Pancasila dalam hal pembentukan karakter dan
nasionalisme peserta didik.
Adapun, untuk mata pelajaran Matematika, kritik serupa juga banyak
ditemui. Cara belajar mengajar mata pelajaran itu dianggap kuno dan
jauh tertinggal dari negara lain. Di mana para peserta didik di
Indonesia lebih diarahkan untuk menghapal, sedangkan anak-anak di
negara lain tidak menitikberatkan cara belajar dengan menghapal,
tapi mengedepankan cara berpikir rasional dan mempertajam
logika.
Editor :
Inggried Dwi Wedhaswary
Komentar:
Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa evaluasi bukanlah hanya
suatu rangkaian kegiatan tanpa makna, tetapi evaluasi merupakan
proses yang sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi informasi untuk menentukan bahwa suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan instruksionalnya. Lebih sederhananya evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan sebuah kegiatan yang telah ditetapkan.
Begitu pula dengan kurikulum, evaluasi kurikulum dilakukan untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan yang sebelumnya telah
dirumuskan dalam kurikulum.
Seperti pada keterangan di atas, bahwa Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selaku pihak yang berhak
mengevaluasi kurikulum pendidikan Nasional telah melakukan evaluasi
pada kurikulum pendidikan Nasional. Tersebut dikatakan sebagai hal
yang penting karena memang, evaluasi terhadap suatu kurikulum adalah
merupakan komponen dari kurikulumnya itu sendiri. Dengan demikian,
akan dapat terkumpul, teranalisis, dan terinterpretasi apakah
kurikulum pendidikan Nasional saat ini yang sedang berjalan mencapai
tujuan. Selain itu, dengan melakukan evaluasi ini akan tergambar
sedikitnya draf rencana yang kemudian menjadi kerangka dasar dalam
penerapan kurikulum selanjutnya. Hal tersebut sejalan dengan tutur
Chairil Anwar Notodiputro, bahwa "Evaluasi sudah kami lakukan.
sekarang kita sudah punya draf untuk naskah kerangka dasar dari
kurikulum itu."
Adapun dalam evaluasi yang dilakukan saat ini,
terdapat draf yang menyatakan bahwa kurikulum itu menitikberatkan
pada empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Pendidikan
Pancasila, Matematika dan Pendidikan Agama. Alasan memilih empat mata pelajaran itu adalah karena tim evaluasi
Kemdikbud menilai, empat mata pelajaran tersebut mampu menjadi
perekat bangsa.
Melihat dari keempat mata pelajaran yang tersebut, saya pun setuju
dengan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud karena memang, dengan
keempat mata pelajaran tersebut yang tentunya mengandung nilai luhur
selain sebagai ilmu pengetahuna juga mengandung nilai budaya yang
tinggi.
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kita
ketahui bahwa dengan bahasa Indonesia maka seluruh bangsa Indonesia dapat berinteraksi dan berkomunikasi
karena bahasa Indonesia adalan bahasa persatuan bagi rakyat
Indonesia. Dengan penerapan dan penanaman pembelajaran bahasa
Indonesia dalam kurikulum pendidikan Indonesia maka akan sekaligus
sebagai pelestarian bahasa Indonesia yang selanjutnya akan menjadi
warisan bagi anak bangsa. Pendidikan Pancasila, dengannya sudah
menjadi barang tentu bagi para siswa dalam menanamkan nilai
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan seluruh nilai pada asas
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Pendidikan Agama,
adalah pendidikan yang disebut-sebut sebagai pendidikan utama dalam
mendidik siswa berkarakter. Dengan pendidikan Agama inilah siswa
dapat membentengi setiap tingkah laku, norma, nilai, dan sikapnya.
Dengan pendidikan Agama ini pula maka pendidikan yang dijalani siswa
akn lebih terarah dengan mengandung nilai ketuhanan dalam dirinya.
Matematika, dengannya siswa dituntut untuk menyelesaikan setiap
permasalahan perhitungan, minimal yang ada di sekitarnya.
Akan tetapi, apabila ditinjau ulang
alangkah baiknya dalam draf kerangka dasar kurikulum diikutkan
pelajaran bahasa Inggris. Karena dengan itu, siswa akan lebih siap
dalam menghadapi dunia dan segala persaingannya. Mengingat pada zaman
sekarang ini masyarakat Indonesia sudah sedikitnya tergantung pada
kemajuan teknologi yang memang kebanyakan dikeluarkan oleh bangsa
barat yang notabene menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian,
siswa-siswa keluaran lembaga pendidikan di Indonesia bisa lebih siap
menghadapi dunia luar dan untuk lebih luasnya dunia Internasional baik
itu untuk melanjutkan pendidikan dan atau bahkan untuk melakukan
bisnis.