Minggu, 21 April 2013

Di bawah ini adalah Komentar atas Sebuah artikel terkait dengan masalah Kurikulum Pendidikan di Indonesia terkhusus pada salah satu komponennya yaitu Evaluasi Kurikulum.

Sebuah Artikel oleh:
Penulis                        : Indra Akuntono
Time of post                    : Selasa, 28 Agustus 2012 | 10:01 WIB (KOMPAS.com)


Dikomentari oleh    :
Nama                           : Evi Nurfaizah
NIM                            : 1410150093
Kelas / Semester          : Matematika-C / V (Lima)
Jurusan / Fakultas        : Tadris Matematika / Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Selesai, Evaluasi Kurikulum Pendidikan Nasional

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Chairil Anwar Notodiputro mengatakan, evaluasi terhadap kurikulum pendidikan nasional hampir selesai dilakukan. Saat ini, evaluasi itu melahirkan draf naskah kerangka dasar kurikulum pendidikan nasional.


"Evaluasi sudah kami lakukan. sekarang kita sudah punya draf untuk naskah kerangka dasar dari kurikulum itu," kata Chairil, kepada Kompas.com, Selasa (28/8/2012), di Jakarta.
Ia menjelaskan, draf naskah kerangka dasar kurikulum itu menitikberatkan pada empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, Matematika dan Pendidikan Agama. Alasan memilih empat mata pelajaran itu adalah karena tim evaluasi Kemdikbud menilai, empat mata pelajaran tersebut mampu menjadi perekat bangsa.
"Alasannya karena empat pelajaran itu kami nilai universal dan bisa menjadi perekat bangsa," ujarnya.
      Evaluasi terhadap kurikulum pendidikan nasional dilakukan Kemdikbud karena kuatnya desakan dari sejumlah pihak. Secara umum, kurikulum pendidikan nasional yang berlaku saat ini dinilai kurang memberikan efek besar bagi peserta didik. Khususnya, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Pancasila dalam hal pembentukan karakter dan nasionalisme peserta didik.
Adapun, untuk mata pelajaran Matematika, kritik serupa juga banyak ditemui. Cara belajar mengajar mata pelajaran itu dianggap kuno dan jauh tertinggal dari negara lain. Di mana para peserta didik di Indonesia lebih diarahkan untuk menghapal, sedangkan anak-anak di negara lain tidak menitikberatkan cara belajar dengan menghapal, tapi mengedepankan cara berpikir rasional dan mempertajam logika.

Editor :
Inggried Dwi Wedhaswary

Komentar:
     Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa evaluasi bukanlah hanya suatu rangkaian kegiatan tanpa makna, tetapi evaluasi merupakan proses yang sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi informasi untuk menentukan bahwa suatu kegiatan dalam mencapai tujuan instruksionalnya. Lebih sederhananya evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan sebuah kegiatan yang telah ditetapkan. Begitu pula dengan kurikulum, evaluasi kurikulum dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam kurikulum.
Seperti pada keterangan di atas, bahwa Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selaku pihak yang berhak mengevaluasi kurikulum pendidikan Nasional telah melakukan evaluasi pada kurikulum pendidikan Nasional. Tersebut dikatakan sebagai hal yang penting karena memang, evaluasi terhadap suatu kurikulum adalah merupakan komponen dari kurikulumnya itu sendiri. Dengan demikian, akan dapat terkumpul, teranalisis, dan terinterpretasi apakah kurikulum pendidikan Nasional saat ini yang sedang berjalan mencapai tujuan. Selain itu, dengan melakukan evaluasi ini akan tergambar sedikitnya draf rencana yang kemudian menjadi kerangka dasar dalam penerapan kurikulum selanjutnya. Hal tersebut sejalan dengan tutur Chairil Anwar Notodiputro, bahwa "Evaluasi sudah kami lakukan. sekarang kita sudah punya draf untuk naskah kerangka dasar dari kurikulum itu."
    Adapun dalam evaluasi yang dilakukan saat ini, terdapat draf yang menyatakan bahwa kurikulum itu menitikberatkan pada empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, Matematika dan Pendidikan Agama. Alasan memilih empat mata pelajaran itu adalah karena tim evaluasi Kemdikbud menilai, empat mata pelajaran tersebut mampu menjadi perekat bangsa. Melihat dari keempat mata pelajaran yang tersebut, saya pun setuju dengan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud karena memang, dengan keempat mata pelajaran tersebut yang tentunya mengandung nilai luhur selain sebagai ilmu pengetahuna juga mengandung nilai budaya yang tinggi.
      Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kita ketahui bahwa dengan bahasa Indonesia maka  seluruh bangsa Indonesia dapat berinteraksi dan berkomunikasi karena bahasa Indonesia adalan bahasa persatuan bagi rakyat Indonesia. Dengan penerapan dan penanaman pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikan Indonesia maka akan sekaligus sebagai pelestarian bahasa Indonesia yang selanjutnya akan menjadi warisan bagi anak bangsa. Pendidikan Pancasila, dengannya sudah menjadi barang tentu bagi para siswa dalam menanamkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan seluruh nilai pada asas Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Pendidikan Agama, adalah pendidikan yang disebut-sebut sebagai pendidikan utama dalam mendidik siswa berkarakter. Dengan pendidikan Agama inilah siswa dapat membentengi setiap tingkah laku, norma, nilai, dan sikapnya. Dengan pendidikan Agama ini pula maka pendidikan yang dijalani siswa akn lebih terarah dengan mengandung nilai ketuhanan dalam dirinya. Matematika, dengannya siswa dituntut untuk menyelesaikan setiap permasalahan perhitungan, minimal yang ada di sekitarnya.


        Akan tetapi, apabila ditinjau ulang alangkah baiknya dalam draf kerangka dasar kurikulum diikutkan pelajaran bahasa Inggris. Karena dengan itu, siswa akan lebih siap dalam menghadapi dunia dan segala persaingannya. Mengingat pada zaman sekarang ini masyarakat Indonesia sudah sedikitnya tergantung pada kemajuan teknologi yang memang kebanyakan dikeluarkan oleh bangsa barat yang notabene menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, siswa-siswa keluaran lembaga pendidikan di Indonesia bisa lebih siap menghadapi dunia luar dan untuk lebih luasnya dunia Internasional baik itu untuk melanjutkan pendidikan dan atau bahkan untuk melakukan bisnis.

2 komentar: