Proses
pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi kegiatan belajar dan
menghasilkan perubahan yang terarah ke arah positif sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan. (Eti Nurhayati, 2010:20)
Dalam hal ini, adalah pelajaran matematika. Kata
“Matematika” berasal dari kata (mathema)
dalam bahasa Yunani yang diatikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau
belajar” juga (mathematikos) yang
diartikan sebagai “suka belajar”.Ilmu matematika telah dikenal orang pada masa
pra sejarah. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu
pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif,
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas
kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah
tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia). Berikut
ini adalah beberapa definisi atau pengertian tentang matematika (A. Saeful
Hamdani 2008:1-7):
·
Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang
dan bentuk.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Seperti
yang kita ketahui bersama banyak terdapat pendapat yang mengatakan bahwa hanya
dengan menghapal rumus saja seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang pintar
matematika. Bahkan sebagian orang atau kelompok memanfaatkan kesalah kaprahan
ini untuk meraup keuntungan. Banyak bermunculan penyedia jasa bantuan belajar
dengan mengatasnamakan “rumus cepat” yang menawarkan metode penyelesaian soal
matematika dengan sangat cepat dan pendek. Siswa pun dihadapkan pada sesuatu
yang bersifat instan. Akibatnya, segala tujuan ingin dicapai secara instan.
Mengingat akan hal itu semua maka perlu diperhatikan kembali bahwa hasil yang
baik dengan diiringi proses yang baik akan menghadirkan kualitas yang baik
pula. Hasil baik yang diperoleh dari proses yang kurang baik, mengakibatkan
kualitas tidak bisa bertahan lama.
Metode
“rumus cepat” apabila dibandingkan, maka sedikit memberikan kesimpulan bahwa
adanya rumus cepat akan lebih menitikberatkan kepada hafalan daripada
pemahaman. Rumus cepat tersebut sebenarnya diperoleh dari rumus formal yang
dimodifikasi menjadi bentuk akhirnya saja. Orang yang sudah paham betul
bagaimana menyelesaikan soal secara sistematis mungkin saja mempunyai rumus
cepat tersendiri. Perlu hati-hati juga dalam menggunakan rumus cepat. Soal yang
bisa diselesaikan dengan rumus cepat punya kriteria tersendiri. Kadang tidak
semua soal bisa diselesaikan dengan satu rumus cepat. Hal ini bisa
mengakibatkan teledor dalam menyelesaikan soal. Ketika dihadapkan pada soal
yang berbeda, akan sangat bingung memilih rumus cepat mana yang digunakan.
Mengingat akan hal tersebut, sudah menjadi barang tentu ketika siswa
mengerjakan soal matematika dengan teledor maka pada akhirnya akan menurun pula
prestasi belajarnya.
Memang
rumus cepat itu mempunyai keuntungan, yaitu bisa membantu menyelesaikan soal
secara cepat. Tapi alangkah baiknya, sebelum memakai rumus cepat terlebih
dahulu pahami konsep secara baik.
Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman konsep
siswa. Untuk itu diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
Menurut Ziltan P. Dienes (1991:156) berdasarkan
pengamatan dan pengalamannya menyatakan bahwa terdapat anak-anak yang
menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika
yang sederhana. Semakin tinggi sekolahnya dan semakin sukar matematika yang
dipelajarinya maka semakin berkurang minatnya. Di samping itu terdapat banyak
anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana pun banyak yang
tidak difahaminya, banyak konsep yang difahaminya secara keliru.
Melihat
dari berbagai permasalahan di atas, salah satu solusi yang dapat diberikan
dalam penyampaian materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa teratasi
apabila seorang guru mampu memadukan keterampilannya dalam media pembelajaran
matematika dan ditambah mengaitkannya dengan keadaan sehari-hari yang dialami
siswa (kontekstual).
Sebelumnya, salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan sehingga menjadikan adanya anggapan
bahwa maematika tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan
memahami matematika dan siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal,
sudah menjadi hal yang tidak khusus lagi, bahwa keberhasilan proses belajar
mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam matematika dapat dilihat dari
tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan siswa dalam menguasai
pelajaran matematika tersebut juga berkaitan erat dengan pemahaman konsep dalam
materi matematika. Rendahnya
hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ditinjau
dari tuntutan kurikulum yang lebih menekankan pada pencapaian target, bukan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika, serta aktivitas pembelajaran
di kelas, yang mana guru aktif sementara siswa pasif. Akibatnya, anak cenderung
menerima apa adanya, tidak memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal tersebut
tentu akan berpengaruh kepada prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam
pelajaran matematika.
Adanya berfikir kritis dalam belajar
matematika merupakan suatu proses pembelajarannya yang lebih memacu terhadap
kemampuan kognitif atau tindakan mental dan berfikirnya dalam usaha memperoleh
pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematis. Adapun penalaran
matematis itu sendiri meliputi adanya kemampuan dalam menarik kesimpulan secara
logis, memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan untuk menganalisis situasi matematis dengan keadaan sekitarnya.
Adapun
penyampaian yang demikian akan terasa lebih mudah tersampaikan dan diterima oleh
siswa dengan menggunakan media yang tepat, sebutkan saja contohnya dengan
memberikan video-video penunjang yang menggambarkan materi matematika dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mempermudah penyerapan materi bagi
siswa.
Pembelajaran merupakan inti dari proses peningkatan
kualitas pendidikan, di antaranya adalah pembelajaran matematika. pembelajaran
matematika dapat dilaksanakan dengan baik apabila siswa lebih termotivasi dalam
belajar dalam memahami suatu materi pelajaran. Adanya interaksi dalam proses
pembelajaran juga sangat diperlukan. Salah satu unsur yang memegang peranan
penting dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. media pembelajaran
sebagai salah satu salah satu sumber belajar dapat membantu guru memperkaya
wawasan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, komputer dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Komputer
sebagai media pembelajaran dengan pemanfaatannya meliputi penyaji informasi,
simulasi, latihan dan permainan belajar.
0 komentar:
Posting Komentar