Minggu, 12 Mei 2013


Proses pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi kegiatan belajar dan menghasilkan perubahan yang terarah ke arah positif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Eti Nurhayati, 2010:20)
Dalam hal ini, adalah pelajaran matematika. Kata “Matematika” berasal dari kata (mathema) dalam bahasa Yunani yang diatikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga (mathematikos) yang diartikan sebagai “suka belajar”.Ilmu matematika telah dikenal orang pada masa pra sejarah. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah  tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia). Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian tentang matematika (A. Saeful Hamdani 2008:1-7):
·         Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.
·         Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
·         Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
·         Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
·         Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
·         Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Seperti yang kita ketahui bersama banyak terdapat pendapat yang mengatakan bahwa hanya dengan menghapal rumus saja seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang pintar matematika. Bahkan sebagian orang atau kelompok memanfaatkan kesalah kaprahan ini untuk meraup keuntungan. Banyak bermunculan penyedia jasa bantuan belajar dengan mengatasnamakan “rumus cepat” yang menawarkan metode penyelesaian soal matematika dengan sangat cepat dan pendek. Siswa pun dihadapkan pada sesuatu yang bersifat instan. Akibatnya, segala tujuan ingin dicapai secara instan. Mengingat akan hal itu semua maka perlu diperhatikan kembali bahwa hasil yang baik dengan diiringi proses yang baik akan menghadirkan kualitas yang baik pula. Hasil baik yang diperoleh dari proses yang kurang baik, mengakibatkan kualitas tidak bisa bertahan lama.
Metode “rumus cepat” apabila dibandingkan, maka sedikit memberikan kesimpulan bahwa adanya rumus cepat akan lebih menitikberatkan kepada hafalan daripada pemahaman. Rumus cepat tersebut sebenarnya diperoleh dari rumus formal yang dimodifikasi menjadi bentuk akhirnya saja. Orang yang sudah paham betul bagaimana menyelesaikan soal secara sistematis mungkin saja mempunyai rumus cepat tersendiri. Perlu hati-hati juga dalam menggunakan rumus cepat. Soal yang bisa diselesaikan dengan rumus cepat punya kriteria tersendiri. Kadang tidak semua soal bisa diselesaikan dengan satu rumus cepat. Hal ini bisa mengakibatkan teledor dalam menyelesaikan soal. Ketika dihadapkan pada soal yang berbeda, akan sangat bingung memilih rumus cepat mana yang digunakan. Mengingat akan hal tersebut, sudah menjadi barang tentu ketika siswa mengerjakan soal matematika dengan teledor maka pada akhirnya akan menurun pula prestasi belajarnya.
Memang rumus cepat itu mempunyai keuntungan, yaitu bisa membantu menyelesaikan soal secara cepat. Tapi alangkah baiknya, sebelum memakai rumus cepat terlebih dahulu pahami konsep secara baik.
Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman konsep siswa. Untuk itu diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
Menurut Ziltan P. Dienes (1991:156) berdasarkan pengamatan dan pengalamannya menyatakan bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana. Semakin tinggi sekolahnya dan semakin sukar matematika yang dipelajarinya maka semakin berkurang minatnya. Di samping itu terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana pun banyak yang tidak difahaminya, banyak konsep yang difahaminya secara keliru.
Melihat dari berbagai permasalahan di atas, salah satu solusi yang dapat diberikan dalam penyampaian materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa teratasi apabila seorang guru mampu memadukan keterampilannya dalam media pembelajaran matematika dan ditambah mengaitkannya dengan keadaan sehari-hari yang dialami siswa (kontekstual).
Sebelumnya, salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan sehingga menjadikan adanya anggapan bahwa maematika tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan memahami matematika dan siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal, sudah menjadi hal yang tidak khusus lagi, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika tersebut juga berkaitan erat dengan pemahaman konsep dalam materi matematika. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ditinjau dari tuntutan kurikulum yang lebih menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika, serta aktivitas pembelajaran di kelas, yang mana guru aktif sementara siswa pasif. Akibatnya, anak cenderung menerima apa adanya, tidak memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam pelajaran matematika.
Adanya berfikir kritis dalam belajar matematika merupakan suatu proses pembelajarannya yang lebih memacu terhadap kemampuan kognitif atau tindakan mental dan berfikirnya dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematis. Adapun penalaran matematis itu sendiri meliputi adanya kemampuan dalam menarik kesimpulan secara logis, memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis dengan keadaan sekitarnya.
Adapun penyampaian yang demikian akan terasa lebih mudah tersampaikan dan diterima oleh siswa dengan menggunakan media yang tepat, sebutkan saja contohnya dengan memberikan video-video penunjang yang menggambarkan materi matematika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mempermudah penyerapan materi bagi siswa.
Pembelajaran merupakan inti dari proses peningkatan kualitas pendidikan, di antaranya adalah pembelajaran matematika. pembelajaran matematika dapat dilaksanakan dengan baik apabila siswa lebih termotivasi dalam belajar dalam memahami suatu materi pelajaran. Adanya interaksi dalam proses pembelajaran juga sangat diperlukan. Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. media pembelajaran sebagai salah satu salah satu sumber belajar dapat membantu guru memperkaya wawasan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa. Sejalan dengan perkembangan teknologi, komputer dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Komputer sebagai media pembelajaran dengan pemanfaatannya meliputi penyaji informasi, simulasi, latihan dan permainan belajar.

0 komentar:

Posting Komentar